Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana yang melanda beberapa daerah di negara kita, seperti meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera utara, longsor yang terjadi di Dusun Gemulung, Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, banjir musim kemarau yang merendam sebagian wilayah selatan Kabupaten Malang. Selain itu, masih banyak rentetan bencana alam lain dan beberapa diantaranya hingga memakan korban jiwa. Warga masyarakat yang sehari-hari hidup di lokasi rawan bencana pun mengaku pasrah dengan keadaan yang harus dihadapi.
Diantara bencana-bencana yang kerap terjadi di Indonesia, longsor merupakan salah satu bencana yang paling banyak memakan korban, walaupun bencana ini relatif lebih mudah untuk diantisipasi daripada bencana lain, seperti gempa bumi, tsunami dan gunung meletus.
Longsor merupakan gerakan massa tanah akibat adanya bidang gelincir pada lereng yang dapat bercampur batuan penyusun lereng pada lereng yang terjal. Terjadinya longsor dapat dipicu oleh beberapa faktor diantara :
a. Kemiringan lereng yang curam;
b. Kondisi tanah yang gembur atau lepas-lepas;
c. Penggunaan lahan pada lereng yang membebani lereng tersebut sehingga lereng menjadi tidak stabil, seperti pembangunan kolam atau sawah diatas lereng;
d. Hujan deras lebih dari 12 jam yang menyebabkan air hujan banyak masuk ke dalam tanah dan meningkatkan kandungan air di dalam tanah.
e. Penggundulan hutan; dan
f. Pemotongan lereng untuk jalan raya atau pemukiman.
Sebelum longsor terjadi, biasanya akan didahului dengan tanda-tanda akan terjadinya gerakan tanah, seperti munculnya retakan dan amblesan tanah yang memanjang diatas bukit, , miringnya pohon atau tiang listrik secara tiba-tiba serta munculnya mata air baru dari lereng.
Pada beberapa kasus bencana longsor di Jawa Barat, ada kesaksian warga yang menemukan tanda-tanda tersebut, semalam sebelum longsor terjadi. Namun karena ketidakpahaman warga tentang longsor, mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan dan tidak menghiraukan keanehan yang tersebut, hingga akhirnya longsor pun benar terjadi dan memakan korban jiwa.
Kalo gitu, terus gimana solusinya????
Forum Komunikasi Warga Tanggap Bencana Longsor, merupakan suatu struktur organisasi di dalam masyarakat yang bertujuan untuk mempersiapkan warga dalam usaha-usaha penanggulangan dan pengurangan resiko bencana longsor, struktur organisasi yang menjadi akses informasi masyarakat berkaitan dengan kondisi wilayah yang rawan dan berpotensi mengakibatkan bencana longsor, melakukan sosialisasi kepada masyarakat berkaitan dengan usaha-usaha penanggulangan bencana secara preventif, mengorganisir warga pada saat keadaan darurat akibat terjadinya suatu bencana, serta sebagai sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan terjadinya bencana longsor.
Forum komunikasi warga ini dikelola oleh orang-orang di dalam suatu pemukiman yang paling mengerti mengenai longsor dan tanda-tanda akan terjadinya longsor serta mampu berkoordinasi baik dengan warga maupun instansi terkait untuk menindaklanjuti tugas-tugas yang telah diberikan kepada mereka. Berikut merupakan struktur kepengurusan Forum Komunikasi Warga beserta deskripsi tugas dari tiap sie :
STRUKTUR PENGURUS
FORUM KOMUNIKASI WARGA TANGGAP BENCANA LONGSOR
(Nomor RT)/(Nomor RW), (Nama Desa), (Nama Kecamatan), (Nama Kabupaten)
Penasihat : 1. Camat
2. Kepala Desa
Ketua : Ketua RW
Sekretaris : Sekretaris RW
Bendahara : Bendahara RW
Koordinator RT *) : Ketua RT
Sie Perlengkapan dan Peralatan *) : 1. ..............................
2. ..............................
3. ..............................
4. ..............................
Sie Keamanan *) : 1. ..............................
2. ..............................
3. ..............................
Sie Konsumsi*) : Ibu-ibu PKK
Sie Anggota *) : 1. ..............................
2. ..............................
3. ..............................
Keterangan :
*) = diisi oleh tiap RT atau disesuaikan dengan kondisi sosial tiap daerah
DESKRIPSI KERJA FORUM KOMUNIKASI TANGGAP BENCANA
Koordinator RT :
- Mengumumkan kepada tim forum komunikasi untuk segera menindaklanjuti proses evakuasi sesuai dengan tugas masing-masing
- Mengkoordinasikan segala laporan yang telah diberikan oleh seksi-seksi setelah proses evakuasi dan menindaklanjutinya.
- Mengkomunikasikan atau melaporkan kejadian bencana kepada Ketua RW.
Sie Perlengkapan dan Peralatan :
Sebelum bencana :
1. Memelihara plang evakuasi yang telah dibuat
2. Menyediakan dan memelihara kentongan sebagai alat peringatan bencana.
Pada saat bencana :
1. Mengadakan tenda-tenda darurat (mencari ke instansi terkait)
2. Mengadakan peralatan-peralatan untuk dapur umum
3. Membangun tenda-tenda darurat bagi warga.
Setelah bencana :
1. Memelihara semua peralatan yang diperlukan selama evakuasi (Kompor, tenda dll.)
Keamanan :
1. Mengarahkan warga selama evakuasi melewati jalur evakuasi ke area evakuasi.
2. Mengamankan pemukiman yang ditinggal warga selama evakuasi dari provokasi dan pencurian.
3. Melaporkan bila ada pencurian kepada pihak berwajib.
4. Memeriksa kembali pemukiman yang ditinggal oleh warga apakah ada korban jiwa atau luka-luka.
Konsumsi :
- Memasak di dapur umum
- Menyediakan bahan makanan selama evakuasi
Anggota :
Bagian pendataan
- Mendata warga pada saat evakuasi untuk mengetahui ada korban atau tidak.
- Membuat data informasi tanda-tanda gejala longsor berdasarkan laporan warga.
- Melaporkan kepada ketua RT
Bagian Logistik
- Mendata kebutuhan yang dibutuhkan warga pada saat evakuasi
- Melaporkan kepada Ketua RT
Bagian P3K
- Membantu pertolongan pertama jika ada korban.
- Membantu mencari korban yang masih hilang.
- Pengadaan obat-obatan
Struktur organisasi forum komunikasi tersebut dapat dibentuk pada tingkat RT hingga Kecamatan, tergantung pada kondisi sosial dan geografis tiap daerah. Pada pemukiman warga di daerah perkebunan teh dimana jarak antar RT yang jauh hingga belasan kilometer membutuhkan tingkatan struktur organisasi yang berbeda dengan pemuikiman di pinggir kota dimana pada suatu pemukiman memiliki lebih dari 1 RT.
Pada suatu kawasan, longsor umumnya jarang terjadi dan tidak semua titik-titik longsor membahayakan keselamatan warga. Munculnya tanda-tanda akan terjadinya longsor secara tiba-tiba dan diikuti gerakan massa tanah ke arah lembah yang kemungkinan melewati pemukiman warga, akan menjadi sangat merugikan dan membahayakan warga masyarakat yang tinggal di pemukiman tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan dini pada masyarakat serta upaya-upaya pencegahan longsor melalui Program Tahunan Forum Komunikasi Warga Tanggap Bencana Longsor.
Program tahunan ini berisi kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua pihak warga masyarakat guna meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan warga dalam menghadapi bencana longsor. Program tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Gladi evakuasi bencana longsor guna mempersiapkan tindakan evakuasi dalam mengantisipasi terjadinya bencana longsor.
2. Sosialisasi tokoh dari masyarakat tiap RT tentang longsor saat forum pengajian, ceramah atau forum lain guna men-transfer ilmu untuk meminimalisasi risiko bencana longsor secara preventif dari semua pihak warga masyarakat.
3. Pembuatan database tentang perubahan lahan guna mengetahui pengaruh perubahan lahan dalam memicu terjadinya longsor.
4. Pencatatan database mengenai tentang tanda-tanda longsor serta longsoran yang telah terjadi agar dapat segera ditentukan antisipasi langkah-langkah penanganan serta menjadi pertimbangan dalam rangka pencegahan longsor.
5. Pembuatan parit yang dilapisi oleh material kedap air di kawasan pemukiman dan diatas pemukiman pada lereng-lereng yang berpotensi untuk longsor guna mencegah air hujan masuk ke dalam tanah dan mengurangi tingkat kesadahan air di dalam tanah.
6. Pemeliharaan dan perbaikan plang evakuasi dan rawan longsor.
7. Pembuatan bambu berlubang yang ditancapkan di lereng untuk mengurangi tingkat akumulasi air di dalam lereng.
Program tersebut juga perlu dilakukan untuk memelihara keberlanjutan forum komunikasi warga di tahun-tahun berikutnya. Tanah longsor yang biasanya terjadi setelah hujan deras dalam waktu yang lama, akan sangat berpotensi terjadi ketika musim penghujan. Sehingga program-program yang bersifat pencegahan, dapat dilaksanakan ketika musim kemarau.
Kayaknya kegiatan programnya mahal tuh?????
Biaya operasional yang berkaitan dengan aktifitas Forum Komunikasi Warga Tanggap Bencana Longsor dan segenap warga masyarakat setempat, diupayakan berasal dari dana swadaya warga masyarakat. Pada kondisi tertentu, Tim Forum Komunikasi Warga Tanggap Bencana Longsor akan berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait dalam hal pendanaan apabila dana swadaya masyarakat tidak mampu mencukupi.
Nah, bencana longsor memang sulit untuk diprediksi dan datangnya tiba-tiba, namun bukan berarti manusia hanya pasrah ketika longsor mengancam, pasti ada diantara tanda-tanda tersebut diatas sebelum longsor terjadi sehingga warga hanya perlu meningkatkan, kewaspadaan dan kepedulian pada alam sekitar dengan upaya yang telah disarankan.
Comments