Menuju ke kawasan perkebunan teh yang memiliki luas lebih dari 200 hektar, harus melewati suatu areal hutan lindung yang merupakan hutan hujan tropis dengan kondisi jalan berbatu yang berlubang-lubang, memerlukan kurang lebih satu setengah jam untuk mencapai lokasi. Cukup melelahkan sebagai seseorang yang baru pertama kali mengendarai sepeda motor di jalanan seperti ini, dengan kondisi cuaca yang dapat berubah ubah yang kadang berkabut atau panas terik yang membakar kulit merupakan rintangan yang harus dilalui.
Namun, semua itu akan terbayar ketika mata bebas memandang ke hamparan bukit yang diselimuti karpet hijau dari daun-daun teh yang disabuki oleh jalan kecil disela-sela perkebunan. Di beberapa tempat akan dijumpai caping-caping para pemetik teh yang membentuk barisan dan berjalan dari kaki bukit ke puncak bukit dengan kesigapan lengan mereka memetik teh sambil bersendau gurau bersama pemetik disebelahnya. Kadang kita akan menemukan, senyum ramah nan menentramkan hati yang terpancar dari raut lelah mereka ketika mereka sedang beristirahat di pinggir jalan yang kita lalui.
Kombinasi pencahayaan matahari dengan lekuk bukit, udara dingin pegunungan, karpet dari pantulan kristal embun di atas daun teh yang dibatasi oleh hutan hujan tropis, tertangkap oleh mata bak lukisan maestro ala Sang Pencipta dapat seketika melepas lelah perjalanan seketika jika kita beristirahat di salah satu saung yang didirikan oleh pihak perkebunan.
Untuk mencapai lokasi awalnya memang diperlukan pemandu jalan untuk mencapai lokasi, atau kita dapat menyewa tukang ojeg dari Ciwidey hanya dengan 40 ribu tentu saja dengan sedikit usaha tawar menawar :-). Sesampainya di pabrik Patuahwattee, bolehlah kita melepas lelah sambil membeli basreng (Bakso Goreng) atau karedok (saya gak tau bahasa indonesianya) dan memesan secangkir teh khas Patuha. Setelah itu kita ketemu dengan pihak pabrik atau menghubungi RT setempat untuk mencari tempat penginapan agar kita dapat menikmati pemandangan hamparan bintang di malam hari,.
Jika cuaca langit cerah tanpa awan ketika malam hari, bolehlah kita keluar rumah melawan hawa dingin untuk melihat keindahan karya Sang Pencipta lainnya, bintang. Bagi Anda pencinta bintang, dengan dipandu aplikasi stellarium dari leptop Anda, dari lokasi ini Anda akan mendapatkan kepuasan dari keindahan pola kerlip cahaya yang membentuk rasi bintang di langit di atas langit dengan jelas. Sangat dianjurkan untuk membawa pasangan Anda karena cahaya lampu warga dari tenaga kincir air memberikan kesan romantis yang akan sangat jarang ditemui ditempat lain serta jika beruntung Anda akan menemukan sekelebat bintang jatuh dan kemudian Anda dapat make a wish,, Hmmmm….
Datanglah ke tempat ini pada musim kemarau, karena pada jika Anda datang pada bulan September – Februari, Anda harus memupuskan harapan Anda untuk melihat matahari. Di tempat ini, tantangan yang mungkin Anda hadapi adalah hewan liar, karena Anda akan menemukan plang berbunyi “dilarang berburu” atau "dilarang mengganggu satwa dilindungi" seperti harimau, kera, babi hutan dll. Selain itu Anda diharuskan untuk mencintai alam seperti sangat dilarang menebang pohon bahkan rantingnya, membuang sampah haruslah pada tempat yang disediakan atau Anda akan mendapatkan peringatan keras dari petugas atau warga sekitar.
Jika Anda mencintai alam, maka alam akan mencintai Anda, jika Anda merusak alam, maka alam selalu punya cara tersendiri untuk membalas sikap Anda.
Comments