Pagi buta jam 3.00, seorang teman membangunkan saya dari tidur untuk segera menuju tempat sahur di salah satu rumah warga di tempat KKN kami. Walaupun tidak cukup puas dengan lauk yang ada yaitu hanya nasi dengan kerupuk serta sayur lobak plus sedikit serpihan daging ayam, saya langsung mennyantap dan memuaskan perut sebagai bekal puasa pertama tahun ini. Sesampainya di basecamp saya langsung buka laptop dan segera mengirim file foto dalam hape saya untuk segera diupload di FB. setelah koneksi internet mulai lemot dan sholat subuh terlaksana segera saya letakan kepala diatas bantal dan bermimipi dalam lelap tidur hingga pukul 9 pagi.
Suara anak kecil yang bermain di luar camp, membangunkan tidur pulas dan kemudian saya bermain bola dengan mereka hingga habis tenagaku. Lelah berlarian ku langsung menuju ruang billiard untuk menerima tantangan teman ku hingga pukul 12.00.
Saat itu ku dengar suara sebagian teman yang membicarakan tentang adanya pengumuman remidiasi di Jogja yang akan dilaksanakan pada hari jum,at dan mereka berniat untuk berangkat ke Jogja hari ini juga sehingga mereka membutuhkan beberapa pengendara sepeda motor untuk mengantar mereka sampai stasiun di Bandung. Tak butuh waktu lama ku terima tawaran itu dan saat itu pula aku bersiap menuju ke Bandung.
Cuma bermodalkan Dompet berisi uang 100ribu dan tanda pengenal yang mungkin dibutuhkan dengan handphone SE yang baterenya tinggal setengah hari lagi, ku pencet electric starter karisma X 125D ku menuju ke Kota Kembang bersama 8 teman se-Tim KKN.
Awal perjalanan kami disibukan dengan masalah peserta remidiasi dan polemik birokrasinya di kampus yang menyebabkan keterlambatan keberangkatan hingga hampir 1 jam.
Bensin terisi penuh, dengan cuaca yang panas selama keberangkatan, kami memacu gas sepeda motor melewati jalanan berbatu yang kompak hingga lepas menuju kota. Hingga setibanya di Ciwidey, ada laga masalah yang menghambat perjalanan kita, soal waktu, karena kereta akan berangkat pukul 4 padahal jarum jam sudah menunjukan pukul 2 siang dan membutuhkan kira-kira 2 jam perjalanan hingga Bandung.
Perilaku para pengendara sepeda motor di jalan-jalan Kota Bandung yang sangat kontras berbeda dengan tabiat di Jogja, mereka tidak peduli dengan pembagian jalan bagi pengguna 2 jalur yang berlawanan. Asal ada kesempatan untuk mendahului pengendara sejalur dari kekosongan jalur berlawanan, mereka asal nyelonong aja. hal ini juga tampak sudah dimaklumi pengemudi mobil yang otomoatis menjadi lebih dirugikan, baik yang sejalur apalagi yang berlawanan.
Motor yang saya kendarai lebih sering berada pada deretan paling belakang dari rombongan 4 motor yang bahkan kadang saya tertinggal beberapa ratus meter dibelakang. Sesampainya di stasiun kami kemudian berencana untuk menginap namun akhirnya dibatalkan karena kita memang tidak punya niat khusus untuk jalan-jalan di Bandung sebelumnya. Namun setelah memikirkan beberapa pertimbangan, kamipun sepakat untuk pulang ke camp dengan keterbatasan waktu yang tersedia.
Di tengah jalan saya tercecer sendirian dari rombangan 4 motor yang masing masing dikendarai 1 orang hingga akhirnya saya menelusuri Kota Bandung sendirian untuk kembali ke Camp yang disyukuri tanpa tersesat. Sesampainya di Ciwidey sebelum memasuki hutan, saya mulai menghubungi teman yang terpisah dan ternyata mereka masih berada jauh di belakang. Lantas ku menunggu mereka di tepi jalan sambil berbuka puasa, karena tidak ada masjid yang menyediakan tempat wudlu bagi jamaahnya.
Setelah saya bertemu dengan mereka, kamipun segera menuju camp, melewati hutan kawah putih yang menyeramkan dan ditemani kabut tebal dengan jarak pandang kurang dari 1 meter, bahkan lampu jauh motor kamipun dibalikan oleh tebalnya kabut tersebut. Pada beberapa kesempatan, iseng-iseng saya melihat sekeliling hutan yang gelap dan kadang kami temui hewan-hewan aneh di tengah jalan. Ketegangan terpancar dari tiap mata dari kami yang jauh menembus ke depan.
Sesampainya di kebun teh Patuha, hati kami sedikit lebih tenang dan kamipun tiba di camp dengan selamat, walau 2 diantara kami mengalami tabrakan satu sama lain dan untungya tidak berakibat fatal pada kedua pihak. Hari ini merupakan hari pertama bulan ramadhan yang tidak biasa buat kami..
Suara anak kecil yang bermain di luar camp, membangunkan tidur pulas dan kemudian saya bermain bola dengan mereka hingga habis tenagaku. Lelah berlarian ku langsung menuju ruang billiard untuk menerima tantangan teman ku hingga pukul 12.00.
Saat itu ku dengar suara sebagian teman yang membicarakan tentang adanya pengumuman remidiasi di Jogja yang akan dilaksanakan pada hari jum,at dan mereka berniat untuk berangkat ke Jogja hari ini juga sehingga mereka membutuhkan beberapa pengendara sepeda motor untuk mengantar mereka sampai stasiun di Bandung. Tak butuh waktu lama ku terima tawaran itu dan saat itu pula aku bersiap menuju ke Bandung.
Cuma bermodalkan Dompet berisi uang 100ribu dan tanda pengenal yang mungkin dibutuhkan dengan handphone SE yang baterenya tinggal setengah hari lagi, ku pencet electric starter karisma X 125D ku menuju ke Kota Kembang bersama 8 teman se-Tim KKN.
Awal perjalanan kami disibukan dengan masalah peserta remidiasi dan polemik birokrasinya di kampus yang menyebabkan keterlambatan keberangkatan hingga hampir 1 jam.
Bensin terisi penuh, dengan cuaca yang panas selama keberangkatan, kami memacu gas sepeda motor melewati jalanan berbatu yang kompak hingga lepas menuju kota. Hingga setibanya di Ciwidey, ada laga masalah yang menghambat perjalanan kita, soal waktu, karena kereta akan berangkat pukul 4 padahal jarum jam sudah menunjukan pukul 2 siang dan membutuhkan kira-kira 2 jam perjalanan hingga Bandung.
Perilaku para pengendara sepeda motor di jalan-jalan Kota Bandung yang sangat kontras berbeda dengan tabiat di Jogja, mereka tidak peduli dengan pembagian jalan bagi pengguna 2 jalur yang berlawanan. Asal ada kesempatan untuk mendahului pengendara sejalur dari kekosongan jalur berlawanan, mereka asal nyelonong aja. hal ini juga tampak sudah dimaklumi pengemudi mobil yang otomoatis menjadi lebih dirugikan, baik yang sejalur apalagi yang berlawanan.
Motor yang saya kendarai lebih sering berada pada deretan paling belakang dari rombongan 4 motor yang bahkan kadang saya tertinggal beberapa ratus meter dibelakang. Sesampainya di stasiun kami kemudian berencana untuk menginap namun akhirnya dibatalkan karena kita memang tidak punya niat khusus untuk jalan-jalan di Bandung sebelumnya. Namun setelah memikirkan beberapa pertimbangan, kamipun sepakat untuk pulang ke camp dengan keterbatasan waktu yang tersedia.
Di tengah jalan saya tercecer sendirian dari rombangan 4 motor yang masing masing dikendarai 1 orang hingga akhirnya saya menelusuri Kota Bandung sendirian untuk kembali ke Camp yang disyukuri tanpa tersesat. Sesampainya di Ciwidey sebelum memasuki hutan, saya mulai menghubungi teman yang terpisah dan ternyata mereka masih berada jauh di belakang. Lantas ku menunggu mereka di tepi jalan sambil berbuka puasa, karena tidak ada masjid yang menyediakan tempat wudlu bagi jamaahnya.
Setelah saya bertemu dengan mereka, kamipun segera menuju camp, melewati hutan kawah putih yang menyeramkan dan ditemani kabut tebal dengan jarak pandang kurang dari 1 meter, bahkan lampu jauh motor kamipun dibalikan oleh tebalnya kabut tersebut. Pada beberapa kesempatan, iseng-iseng saya melihat sekeliling hutan yang gelap dan kadang kami temui hewan-hewan aneh di tengah jalan. Ketegangan terpancar dari tiap mata dari kami yang jauh menembus ke depan.
Comments